Selasa, 27 Desember 2011

ringkasan skripsi ex-post facto


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan SMA di Indonesia. Fisika merupakan bagian dari sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan hukum-hukum fisika. Sama halnya dengan pelajaran lainnya, motivasi belajar fisika siswa juga sangat diperlukan dalam mengikuti proses belajar mengajar fisika di kelas. Menurut Glynn & Koballa (dalam Taasoobshirazi, 2007), motivasi terdiri dari beberapa aspek, yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, relevansi tugas terhadap tujuan pribadi, penentuan nasib sendiri, keyakinan akan kemampuan diri, dan kecemasan terhadap penilaian. .
Ketidaksukaan siswa pada pelajaran fisika, dapat berdampak pula pada sikap siswa terhadap guru fisikanya. Tidak sedikit guru fisika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena ketidakberhasilan siswa dalam belajar fisika. Nilai yang buruk dalam tes formatif dan sumatif fisika menempatkan guru sebagai penyebab kegagalan di mata siswa dan orang tua. Sikap siswa akan sangat berbeda pada guru kesenian atau olah raga misalnya, pelajaran yang menjadi favorit bagi kebanyakan siswa.
Kebanyakan motivasi untuk mengikuti mata pelajaran fisika terutama yang berkaitan dengan materi listrik, magnet, dan sebagainya lebih didominasi oleh siswa laki-laki. Dalam menjawab soal-soal juga kemampuan siswa laki-laki berbeda dengan perempuan. Taasoobshirazi (2007) menyatakan bahwa sebagian besar perempuan memiliki motivasi intrinsik yang lebih rendah, keyakinan akan kemampuan yang lebih rendah, kecemasan terhadap penilaian yang lebih tinggi, dan kurang melihat relevansi tugas terhadap tujuan pribadi jika dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan untuk motivasi ekstrinsik dan penentuan nasib sendiri tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1.2.1        Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja?
1.2.2        Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan dari penulisan proposal ini adalah sebagai berikut.
1.3.1        Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja.
1.3.2        Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1.4.1        Dari segi teoritis, penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi psikologi pendidikan dan memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran hubungan antara perbedaan gender dengan motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa.
1.4.2        Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah, dan guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa sehingga tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.
1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini sumber populasi dibatasi untuk Sekolah Kategori Mandiri (SKM) yaitu SMA Negeri 2 Singaraja, SMA Negeri 3 Singaraja, dan SMA Negeri 4 Singaraja. Sedangkan SMA Negeri 1 Singaraja yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tidak dijadikan sebagai populasi.
Untuk hasil belajar hanya dinilai pada pemahaman konsep dan penerapannya yaitu pada ranah kognitif saja. Hal ini karena peneliti tidak mengajar di dalam kelas dan tidak semua materi pelajaran menggunakan praktikum dan diskusi. Cakupan materi adalah dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar, mekanika fluida, serta teori kinetik gas saja.
1.6 Definisi Konseptual dan Operasional
1.6.1    Definisi Konseptual
1.  Women Studies Ensiklopedia (dalam Lala, 2007) menjelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat
2.  Menurut Sardiman (2005), motivasi dalam kegiatan belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
1.6.2    Definisi Operasional
1.  Motivasi belajar fisika siswa adalah skor yang didapat setelah siswa menjawab kuisioner motivasi belajar fisika yang diadaptasi dari Physics Motivation Questionnairre (PMQ) yang dirancang oleh Glyn dan Koballa. Kuisioner yang digunakan ini merupakan kuisioner yang telah baku yang meliputi aspek motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, relevansi tugas terhadap tujuan pribadi, penentuan nasib sendiri, keyakinan akan kemampuan diri dan kecemasan terhadap penilaian.
2.  Hasil belajar fisika siswa adalah skor yang didapat setelah siswa menjawab tes hasil belajar siswa berupa tes essay yang meliputi aspek kognitif dimana cakupan materinya adalah dinamika rotasi dan keseimbangan benda tegar, mekanika fluida, serta teori kinetik gas.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Gender
Kata gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin menurut Echols dan Sadhily (dalam Lala, 2007). Secara umum, pengertian gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku. Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat.
Lips (dalam Lala, 2007) mengartikan gender sebagai harapan-harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan. Misalnya; perempuan dikenal dengan lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan dan perkasa
Secara terminologis, gender digunakan untuk menandai segala sesuatu yang ada di dalam masyarakat vernacular (bahasa, tingkah laku, pikiran, makanan, ruang, waktu, harta milik, tabu, alat-alat produksi dan sebagainya). Secara konseptual gender berguna untuk mengadakan kajian terhadap pola hubungan sosial laki-laki dan perempuan dalam berbagai masyarakat yang berbeda, menurut Fakih (dalam Lala, 2007).
2.2 Perbedaan Perkembangan Otak
Menurut Wen (2008), otak setiap pria mungkin cocok dengan generalisasi yang dibuat mengenai otak wanita, dan begitu pula sebaliknya. Dalam hal ini, perbedaan-perbedaan biologis yang teramati didalam otak mencerminkan apa yang ditemukan dengan perbedaan-perbedaan gender dalam kemampuan-kemampuan kognitif. Pria biasanya menunjukkan kinerja sedikit lebih baik pada tes-tes tertentu menyangkut kemampuan spasial (objek-objek tiga dimensi yang berputar secara visual), sementara wanita cenderung menunjukan kinerja lebih baik pada tugas-tugas verbal tertentu, tetapi wanita juga bisa menunjukkan kejeniusan dalam bidang yang berhubungan dengan matematika atau fisika

2.3 Motivasi Belajar
Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Menurut Glynn & Koballa (dalam Taasoobshirazi, 2007), motivasi terdiri dari beberapa aspek, yaitu motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, relevansi tugas terhadap tujuan pribadi, penentuan nasib sendiri, keyakinan akan kemampuan diri, dan kecemasan terhadap penilaian.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang  (bukan karena atas dorongan atau pengaruh dari luar). Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang membuat seseorang melakukan sesuatu hal.
2.4 Hasil Belajar
Pengertian mengenai belajar telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan. Pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli satu dengan yang lain merniliki sedikit perbedaan. Rusyan dan Yani (dalam Rahayu, 2007) menyatakan bahwa belajar adalah sebagai perubahan kelakuan.
Hasil belajar fisika siswa adalah hasil dari proses pembelajaran fisika siswa. Hasil belajar fisika tersebut, tercermin dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa (Puteri 2002)
a)                  Faktor Internal
            Faktor internal meliputi segala faktor yang timbul dari dalam diri siswa misalnya keadaan fisik, psikis, minat, kecerdasan/ intelegensia, dan sikap.
b)                 Faktor Eksternal
Faktor eksternal mempengaruhi faktor luar siswa itu sendiri. Misalnya bahan yang dipelajari, alat belajar, waktu belajar, dan suasana belajar.
2.6  Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang perbedaan motivasi belajar antara laki-laki dan perempuan telah dilakukan oleh Tasoobshirazi (2007). Hasil penelitian Taasoobshirazi yang berjudul “Gender Differences in Physics: A Focus on Motivation” mengungkapkan bahwa sebagian besar perempuan memiliki motivasi intrinsik yang lebih rendah, keyakinan akan kemampuan yang lebih rendah, kecemasan terhadap penilaian yang lebih tinggi, dan kurang melihat relevansi tugas terhadap tujuan pribadi jika dibandingkan dengan laki-laki. Sedangkan untuk motivasi ekstrinsik dan penentuan nasib sendiri tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan.
2.7 Kerangka Berfikir
Perempuan cenderung memiliki motivasi intrinsik yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Dalam hal ini motivasi yang dimaksud adalah motivasi belajar fisika. Perempuan kurang termotivasi secara pribadi dari dalam dirinya untuk belajar fisika.
Perempuan dan laki-laki tidak memiliki perbedaan dalam motivasi ekstrinsik. Mereka akan termotivasi dengan hal-hal yang ada di sekitarnya. Jika dilihat dari relevansi tugas-tugas yang diberikan terhadap tujuan pribadi, laki-laki lebih merasakan bahwa tugas yang diberikan relevan dengan tujuan pribadinya jika dibandingkan dengan perempuan. Seseorang akan melakukan hal yang sesuai dengan tujuannya sehingga dalam hal ini laki-laki akan lebih termotivasi untuk mempelajari fisika dibandingkan perempuan.
Untuk sikap penentuan nasib sendiri, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Mereka cenderung memiliki sikap yang sama dalam menentukan nasibnya sendiri.
Laki-laki lebih yakin akan kemampuan dirinya. Bahkan laki-laki seringkali menjadi sombong akibat merasa dirinya lebih mampu dari orang lain. Perempuan akan lebih merendah dan kadang-kadang juga bisa berdampak negatif, yaitu perempuan tidak mau menunjukkan kemampuannya.
Setiap akan ulangan maupun setelah ulangan, siswa perempuan merasa cemas akan penilaian yang dihadapinya dalam mengikuti ulangan maupun kegiatan hariannya. Kecemasan yang dirasakan perempuan akan cenderung berlebihan jika dibandingkan dengan apa yang dirasakan oleh laki-laki. Akibatnya, perempuan akan kurang merasa tenang jika akan menghadapi ulangan maupun belajar sehari-hari. Ini dapat mengakibatkan siswa perempuan enggan untuk mengikuti pelajaran fisika.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal komparatif karena secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kemungkinan adanya hubungan sebab dan akibat antar variabel tanpa manipulasi suatu variabel. Menurut Indriantoro & Supomo (2002), penelitian kausal komparatif adalah tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih. Penelitian kuasal komparatif merupakan penelitian expost facto yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah terjadinya suatu fakta atau peristiwa. Dalam penelitian ini tidak mengendalikan variabel bebas melalui manipulasi data.

3.2 Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif dengan desain penelitian seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Pada Gambar 3.1, X merupakan gender siswa yang dapat dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Y1 merupakan motivasi belajar dan Y2 merupakan hasil belajar fisika siswa. Dari gambar desain penelitian tersebut, variabel X muncul terlebih dahulu dan variabel Y1 dan Y2 muncul akibat dari variabel X.


X

Y1

Y2

Gambar 3.1 Desain Penelitian Kausal Komparatif
(diadaptasi dari Santyasa, 2007)
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja tahun ajaran 2008/ 2009 dimana yang digunakan sebagai populasi adalah siswa dari Sekolah Kategori Mandiri (SKM) yaitu SMA Negeri 2 Singaraja, SMA Negeri 3 Singaraja dan SMA Negeri 4 Singaraja. Sedangkan SMA Negeri 1 Singaraja yang merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tidak digunakan sebagai sumber populasi. Jumlah populasi keseluruhan adalah 392 siswa dengan komposisi pada masing-masing sekolah.
Sampel diambil dengan cara proportional random sampling. Untuk menentukan proporsi pengambilan sampel digunakan jumlah sampel laki-laki dan perempuan (N = 171 dan N = 221). Dengan pertimbangan agar terdapat sampel maksimal, digunakan p = 0,5 dengan taraf signifikansi 95% (d = 0,05; t = 2; q = 1 – p = 0,5).
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah motivasi belajar dan hasil belajar fisika sebagai variabel terikat serta gender (laki-laki dan perempuan) sebagai variabel bebas.
3.5 Prosedur penelitian
1)        Memohon ijin kepada kepala
2)        Menyusun instrumen kuisioner motivasi belajar fisika dan tes hasil belajar fisika.
3)        Melakukan pengujian instrumen penelitian yang meliputi uji validitas isi dan uji coba instrumen penelitian.
4)        Revisi dan perbaikan instrumen penelitian.
5)        Memberikan kuisioner motivasi belajar fisika dan tes hasil belajar kepada siswa.
6)        Menganalisis data. Hasil analisis digunakan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan, apakah diterima atau ditolak.
7)        Membuat pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dalam penelitian.
3.6 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yaitu kuisioner motivasi belajar dan tes hasil belajar.
1.         Peneliti menggunakan instrumen berbentuk kuisioner untuk mencari data mengenai motivasi.
2.         Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar, dengan jumlah soal sebanyak 15 butir dan bentuk tes essay. Tes ini dibuat berdasarkan silabus yang digunakan guru dalam mengajar di kelas.
3.7 Uji Validitas Isi
Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya, instrumen tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur. Validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan atau butir pernyataan, berdasarkan pendapat profesional (professional judgment) para penelaah (Suryabrata, 2006).
3.8 Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen penelitian dilakukan untuk mendapat gambaran secara empirik apakah seluruh instrumen layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan uji: indeks kesukaran butir, indeks daya beda, dan kosistensi internal.
3.9 Hasil Uji Coba Instrumen
            Instrumen kuisioner motivasi belajar dan tes hasil belajar fisika yang telah yang telah dirancang dan lulus uji validitas isi selanjutnya diujicobakan. Uji coba lapangan pada penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Singaraja. Jumlah responden keseluruhan adalah 168 siswa untuk uji coba kuisioner dan 180 siswa untuk uji coba tes. Seluruh siswa berasal dari kelas XI Ilmu Alam pada semester 2 (genap) tahun ajaran 2008/ 2009. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Singaraja telah memperoleh pelajaran yang terkait dengan materi tes. Untuk persiapan uji lapangan tersebut, sebelumnya para siswa telah diberitahukan mengenai cakupan materi, jenis tes, dan waktu mengerjakan tes.
            Analisis Indeks Kesukaran Butir (IKB) dan Indeks Daya Beda (IDB) dilakukan dengan bantuan program komputer Microsoft Office Excel 2007 for Windows, sedangkan untuk analisis validitas tes, validitas kuisioner, reliabilitas tes, dan reliabilitas kuisioner dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS-PC 16.0 for Windows.
            Berdasarkan analisis data uji coba kuisioner motivasi belajar fisika, maka untuk uji validitas, diperoleh 25 butir mempunyai nilai r > 0,30 yang berarti butir-butir tersebut dinyatakan valid tanpa direvisi. Disamping itu, diperoleh 5 butir yang mempunyai nilai rxy ≤ 0,30 yang berarti butir tersebut tidak valid. Untuk reliabilitas tes yang diujicobakan diperoleh nilai 0,891 yaitu berada pada kategori sangat tinggi.
            Jadi, berdasarkan hasil analisis data uji coba yang dilakukan, maka diputuskan 25 butir yang diujicobakan diterima dan digunakan sebagai instrumen penelitian. Indeks reliabilitas 25 butir kuisioner motivasi belajar fisika tersebut adalah 0,912 dengan klasifikasi sangat tinggi. Jadi, kuisioner motivasi belajar fisika tersebut dianggap layak untuk digunakan dalam penelitian.
3.10 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu menggunakan analisis statistik deskriptif dan independent sample t-test.
a.      Deskriptif
Menurut Sugiyono (2008), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi..
b.      Analisis of Variances (ANAVA)
Teknik analisis varian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah analisis varian (anava) satu jalur. Untuk perhitungan anava digunakan bantuan program yakni program SPSS-PC 16.0 for Windows. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5%.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
Uraian mengenai hasil penelitian disajikan dalam tiga bagian yaitu: (1) deskripsi umum hasil penelitian, (2) uji prasyarat analisis data, (3) dan pengujian hipotesis.
4.1.1 Deskripsi Umum Hasil Penelitian
      1)   Deskripsi Umum Motivasi Belajar Fisika
Deskripsi umum motivasi belajar fisika yang dipaparkan mencakup distribusi frekuensi, deskripsi skor rata-rata (M), dan standar deviasi (SD) berdasarkan gender pada siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja.
Berdasarkan data skor motivasi belajar fisika yang dikumpulkan diperoleh skor motivasi belajar fisika yang dimiliki siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja berkisar antara 71,0 sampai dengan 109,0 untuk siswa laki-laki dan 61,0 sampai dengan 101,0 untuk siswa perempuan.
      2)   Deskripsi Umum Hasil Belajar Fisika
Deskripsi umum hasil belajar fisika yang dipaparkan mencakup distribusi frekuensi, deskripsi nilai rata-rata (M), dan standar deviasi (SD) berdasarkan gender pada siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja.
Berdasarkan data nilai hasil belajar fisika yang dikumpulkan, diperoleh nilai hasil belajar fisika yang diperoleh siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja berkisar antara 40,0 sampai dengan 78,0 untuk siswa laki-laki dan 38,0 sampai dengan 75,0 untuk siswa perempuan.
4.1.2 Uji Prasyarat Analisis
      1)   Pengujian Normalitas Data
            Uji normalitas data dilakukan pada keseluruhan unit analisis yaitu 2 kelompok yang terdiri dari 1 kelompok laki-laki dan 1 kelompok perempuan.
Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05 (Candiasa, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pada semua unit analisis berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2)   Pengujian Homogenitas Varian
            Pengelompokkan dilakukan berdasarkan gender (laki-laki dan perempuan) dengan masing-masing unit analisis untuk laki-laki (ni = 143) dan perempuan (nj = 143).            
Hasil uji homogenitas varian untuk data skor motivasi belajar fisika menunjukkan angka-angka signifikansi statistik Levene lebih besar dari 0,05. Ini berarti varian antar gender untuk data skor motivasi belajar fisika adalah homogen.
4.1.3 Pengujian Hipotesis
      1)   Perbedaan Motivasi Belajar Fisika yang Signifikan antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai statistik F = 62,139 dengan taraf signifikansi 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat diambil keputusan sebagai berikut.
H0 : :     Tidak terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja ditolak,
Atau dengan kata lain,
H1 : :     Terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja diterima.
Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja.


2)   Perbedaan Hasil Belajar Fisika yang Signifikan antara Siswa Laki-laki dan Perempuan di Kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai statistik F = 11,377 dengan taraf signifikansi 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat diambil keputusan sebagai berikut.
H0 : :   Tidak terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja ditolak,
Atau dengan kata lain,
H1 : :   Terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja diterima.
Sehingga kesimpulannya adalah terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja.
4.2 Pembahasan
            Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa tingkat motivasi belajar fisika siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di kota Singaraja untuk siswa laki-laki berada pada kategori tinggi sedangkan untuk siswa perempuan berada pada kategori sedang. Sedangkan hasil belajar fisika siswa kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri Negeri di kota Singaraja untuk siswa laki-laki dan perempuan sama-sama berada pada kategori cukup.
Dari hasil ANAVA diketahui bahwa secara statistik terjadi perbedaan yang signifikan antara motivasi belajar fisika siswa laki-laki dengan perempuan pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai statistik F = 62,139 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Dari hasil ANAVA juga diketahui bahwa secara statistik terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa laki-laki dengan perempuan pada taraf signifikansi 0,05. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai statistik F = 11,377 dengan taraf signifikansi lebih kecil dari 0,05.
Siswa laki-laki memiliki skor rata-rata motivasi belajar dan nilai rata-rata hasil belajar fisika yang lebih tinggi daripada siswa perempuan. Hal ini berarti motivasi belajar dan hasil belajar siswa laki-laki lebih tinggi daripada siswa perempuan yang juga diperkuat dengan hasil perhitungan LSD yang memperoleh batas penolakan sebesar 2,153 dengan ∆μ = 8,615 untuk motivasi belajar fisika dan batas penolakan sebesar 2,005 dengan ∆μ = 3,450 untuk hasil belajar fisika.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa laki-laki dan perempuan berbeda secara signifikan dimana motivasi belajar dan hasil belajar fisika siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan baik secara deskriptif maupun statistik.
Natural Science Foundation (dalam Taasoobshirazi, 2007) juga menyatakan bahwa kaum perempuan memiliki minat yang rendah untuk mendalami fisika. Sebanyak 34% perempuan mendalami S2 pada bidang studi komputer sains, 21% pada bidang studi fisika, 41% pada bidang studi kimia, dan 21% pada bidang studi mesin. Sedangkan untuk tingkat S3, 19% pada bidang studi komputer sains, 13% pada bidang studi fisika, 32% pada bidang studi kimia, dan 17% pada bidang studi mesin.
Salah satu faktor yang diduga menyebabkan motivasi belajar fisika perempuan lebih rendah daripada laki-laki adalah sistem penilaian yang bersifat kompetisi atau persaingan. Sistem penilaian ini akan menyebabkan siswa yang kurang mampu dalam fisika akan menjadi minder dan kemudian malas untuk mengikuti pelajaran fisika. Dengan meningkatnya tingkat kemalasan siswa, maka motivasi intrinsiknya akan berkurang. Perempuan dalam hal ini memiliki sifat lebih lembut dan sensitif sehingga lebih cepat merasa minder jika mengalami kegagalan daripada laki-laki. Dengan demikian, maka motivasi intrinsik siswa perempuan akan lebih kecil dari siswa laki-laki.


BAB V
PENUTUP

5.1    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut.
1)        Terdapat perbedaan motivasi belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja. Motivasi belajar fisika siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
2)        Terdapat perbedaan hasil belajar fisika yang signifikan antara siswa laki-laki dan perempuan di kelas XI Ilmu Alam SMA Negeri di Kota Singaraja. Hasil belajar fisika siswa laki-laki lebih tinggi daripada perempuan.
5.2    Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa saran untuk pembelajaran dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
1)        Guru sebaiknya memilih model pembelajaran yang sesuai bagi siswa laki-laki dan perempuan. Salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen antara siswa laki-laki dan perempuan. Dengan model ini, siswa akan cenderung mengurangi sifat berkompetisi saling dengan cara saling menonjolkan diri. Siswa akan saling bekerja sama dalam memecahkan permasalahan yang ada selama proses belajar mengajar. Dengan demikian, maka di antara siswa tidak akan saling minder sehingga motivasi belajar fisika siswa yang tinggi akan merata baik pada siswa laki-laki, maupun siswa perempuan.
2)        Dalam penilaian guru sebaiknya tidak terlalu terpaku pada nilai ulangan saja untuk mengurangi kecemasan terutama pada siswa perempuan.
3)        Pada penelitian ini, materi pembelajaran yang digunakan terbatas hanya pada materi kelas XI semester genap. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian sejenis, untuk mengkaji materi yang berbeda dan lebih luas sehingga dapat diketahui konsistensi hasil penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar